Putra Nababan Di Kompas TV Dua Arah: Ada Dinasti Politik, Di Trah Jokowi?


Ket foto: istimewa

Jakarta, Bantengmetro.com-Putra Nababan membungkam para lawan debatnya dengan jawaban-jawaban real, saat berbicara sebagai narasumber dalam acara Dua Arah yang disiarkan Kompas TV pada Jumat, 07/07/2023, pukul 20.30 WIB hingga 21.30 WIB.

Acara Kompas TV Dua Arah yang dipandu Liviana Cherlisa
sebagai pembawa acara, menghadirkan Empat orang narasumber, yaitu: Putra Nababan - Politisi PDI Perjuangan bersama Sigit Widodo - Ketua DPP PSI kontra juru bicara PKS M. Iqbal bersama Asfinawati - Wakil ketua STH Jentera.

Adapun topik bahasan yang disiapkan produser program Dua Arah Kompas TV, ialah: Ada Politik Dinasti, Di Trah Jokowi?

Semula Putra Nababan bersikap santai dan kalem menanggapi pernyataan lawan debatnya, akan tetapi M. Iqbal dengan agresif menyerang keputusan PDI Perjuangan yang mengusung Gibran di Solo dan Bobby Nasution di Medan, sehingga Putra mengambil sikap tegas.

"Saya ikut langsung melihat pendidikannya kok, juga ikut memberikan materi, sekolah kader bersama-sama, tidak ada yang instan semua proses itu", jawab Putra.


Namun dengan agresifnya M. Iqbal menyerang kebijakan-kebijakan internal PDI Perjuangan membuat Putra Nababan menjawab dengan sedikit intonasi yang tegas dan sabar.

"Pertama dalam rekrutmen politik, tentunya Kaesang, Mas Gibran dan Bang Bobby, melihat figur dari ayahnya, seperti saya juga melihat figur ayah saya, itukan keinginan untuk tampil dipolitik melayani masyarakat muncul dari situ, kan gak salah, kemudian berproses dipilih oleh rakyat, itu sudah paling benar, derajat tertinggi dalam berdemokrasi itu adalah dipilih oleh rakyat bukan ditunjuk", terangnya.

Asfinawati - wakil ketua STH Jentera, dalam argumentasinya seperti tidak menerima kehadiran Kaesang didunia politik yang saat ini digadang-gadang PSI.


Sama halnya dengan M. Iqbal, jubir PKS tersebut acap kali melontarkan ucapan tendensius karena dinilai memasuki ranah internal partai, sehingga Putra Nababan mengingatkannya.

"Itu tidak benar masalah dimedan, jangan menyampaikan informasi internal partai yang kita tidak paham, lalu disebar kepublik, saya kenal bang Akhyar baik, saya kenal juga bang Bobby, saya ada disana waktu itu.

Topik kita disini bukan topik mas Kaesang, topiknya adalah (ada) tudingan bahwa Pak Jokowi itu melakukan dinasti politik, dan itu tidak benar, tidak ada dalam (diri) Pak Jokowi itu rencana atau sedang menyusun dinasti politik

Karena dalam demokrasi yang sama-sama kita percaya kedua anaknya, termasuk saya, termasuk kita semua kalau maju, itu diproses, janganlah kita meremehkan proses yang dilakukan rakyat, rakyat lihat loh", urainya dengan tegas.


Namun lagi-lagi Asfin dengan terjemahannya sendiri menjelaskan pemilu tidak betul-betul terbuka terutama pemilihan presiden dan menuding jika proses pemilu yang telah berjalan merupakan kebohongan besar.

"Bohong besar kalau kita bilang apa yang disodorkan itu adalah kebebasan murni, mutlak dari rakyat untuk memilih, enggak", katanya.

Asfin berpendapat dan mempertanyakan kenapa tidak petugas dari desa tidak dicalonkan jadi presiden atau kepala daerah

"Dan kenapa para petugas ranting didesa itu tidak dicalonkan jadi presiden, jadi kepala daerah, kenapa harus anak presiden", tanya Asfin

Dengan penuh kesabaran, Putra Nababan mencoba menjelaskan proses internal partai, walau selalu disanggah Asfin saat Putra berbicara dan memberikan penjelasan


"Kalau Mbak Asfin melihat dari luar, tidak melihat berproses didalam, tidak pernah ikut berkontestasi juga, itu tidak segampang itu mengatakannya, ini kita bicara terkait dengan elektabilitas dari seorang tokoh yang merupakan kader partai, mereka digembleng, dan mereka punya tugasnya masing-masing", paparnya.

Serunya, ketika Putra Nababan bertanya kepada Asfin, keberadaan Jokowi sebagai kader partai dari bawah hingga bisa menjadi presiden, Asfin tidak langsung menjawab, namun selalu berbicara tanpa mengindahkan pertanyaan Putra.

"Mbak Asfin Pak Jokowi itu punya sesuatu apa? Pak Jokowi sesuatu apa? Tanya Putra (sapaan akrabnya) hingga Dua kali.

Kemudian Putra bertanya kembali,

"Pak Ganjar sesuatu dari mana, saya mau tanya, Pak Ganjar itu dari bawah, bersama membangun Badiklat PDI Perjuangan", jelas Putra, namun Asfin menyimpulkan lain.

Dan ketika Asfin menjawab pertanyaan pemandu acara, "Kenapa kalau anak presiden mencalonkan", tanyanya.

Akhirnya, dengan kegalauannya Asfin mengungkapkan kekhawatirannya dan curhat pengalaman temannya saat mengalami kekalahan dalam sebuah kontestasi demokrasi dan mengaku dicurangi.

"Calon independen sulit sekali, Teman saya dicurangi, ada banyak orang dicurangi", tuturnya.


Melihat debat Dua Arah Kompas TV tersebut, JB Gultom - Sekretaris PDI Perjuangan Rantau Utara mengapresiasi kelihaian dan kecakapan Putra Nababan dalam menjawab tudingan-tudingan yang dilontarkan lawan debatnya.

"Saya sangat mengapresiasi dan acung ke Dua jempol atas kecakapan Bang Putra sebagai Narasumber dari PDI Perjuangan menjawab segala pertanyaan yang menyudutkan, bahkan arahnya Nyinyirlah, seakan-akan mereka lebih tahu, lebih peduli terhadap kader partai orang lain, jadi lucu juga sih, menurut saya itu bentuk kepanikan mereka, merasa terusik dengan kehadiran Kaesang, Dan season akhir acara penyampaian Afni semakin ngawur", ujarnya

JB Gultom yang juga ketua DPC MAPAN RI Labuhanbatu mengaku telah menyampaikan apresiasinya kepada Anggota DPR RI Komisi X Putra Nababan itu, karena lewat debat tersebut telah menginspirasinya.


"Mantap bang performanya...Sukses Terus kedepannya...Salam Pancasila, Merdeka...
JB Gultom - Bantengmetro.com", ucapnya via WA, dan kemudian dibalas anak dari Panda Nababan itu dengan mengirimkan stiker "Semangat bergambar Ganjar Pranowo" ungkapnya, (Red).

Posting Komentar

0 Komentar